Sunday, April 24, 2016

How to shut up and do your work

Assalamualaikum dan Salam Sejahtera

Sebagai seorang yang bergelar manusia, pastinya kita ingin melakukan perubahan pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik terutamanya manusia yang bergelar kaunselor. Seorang kaunselor seharusnya menaik taraf ilmu pengetahuan dan memperbaiki lagi kemahiran yang sedia ada serta menambahkan kemahiran baru untuk menjadi kaunselor yang profesional. Tetapi untuk melakukan perubahan atau sesuatu kerja yang kita inginkan, pastinya akan ada halangan untuk kita terus lakukan atau capai.

Bagaimana untuk diam dan melakukan kerja?
Diam - mengelak/menerima halangan tersebut supaya terus melakukan apa yang diinginkan/kerja.

1- menerima semua rintangan yang datang dari dalam

  • rintangan - apa-apa yang menghalang kita daripada melakukan kerja sehingga selesai. menganggap rintangan tersebut seolah-olah datang dari luar dan pelbagai arah contohnya notification dari rakan-rakan facebook, suapan berita ataupun dari keluarga sendiri. 
  • Kita menyatakan rintangan datang dari luar tetapi sebenarnya ia merupakan 100% toksin yang dihasilkan sendiri. Ini membuatkan kitaberasa lemah atau melengahkan kerja dengan menambahkan masa bagi menghasilkan sesuatu produk.
2- memaksa diri untuk menonjolkan diri tepat pada masa
  • unuk melakukan sesuatu tindakan pada setiap hari adalah yang paling susah. Oleh itu, ramai yang tidak berjaya untuk menghasilkan sesuatu daripada tindakan yang gagal tetapi sebenarnya adalah kegagalan untuk bertindak.
  • sebagai kaunselor, kita menghabiskan masa bertahun-tahun memberitahu pada diri sendiri untuk berkembang/menetapkan amalan tetapi "saya akan lakukannya esok/kemudian hari". Seterusnya tidak pernah datangnya esok.
  • Bagaimana ingin beralih dari 'amatur' kepada 'profesional' jika kemahiran yang sedia ada dijadikan sebagai hobi.
3- tangan terganggu- fokus di jalan
  • apabila kita menyimpang dari tumpuan kita, sebenarnya kita takut pada kegagalan yang mungkin dihadapi jika kita terus berada di jalan sendiri.
  • sebaik sahaja kita memilih arah yang ingin dituju, kita mungkin perlu mengabaikan peluang-peluang lain supaya kita fokus pada jalan yang telah dipilih.
4- ketahuilah bahawa mesyuarat, bengkel, kerjasama boleh menjadi satu bentuk kelengahan/kelambatan
  • kesemua ini memang penting tetapi ada ketikanya ia menjadi saturintangan yang memesongkan kita dari kerja.
5- mengakui bahawa orang yang berjaya dapat mengatasi rintangan yang sukar
  • tidak ada alasan yang wajar untuk tidak boleh melakukan kerja.
  • orang yang berjaya tidak akan membiarkan kesukaran menghalang mereka.

http://www.counseling.org/news/blog/aca-blog/2015/04/29/how-to-shut-up-and-do-your-work


Nur Atikah Binti Mohd Yadzi
48224

Friday, April 15, 2016

THE CRIPPLING EFFECTS OF SLEEP DEPRIVATION

7.5-9 hours a day.

It sounds so impossible for us adults to have a nice, long, restful sleep as stated as above. With all the works, all the academic tasks, all the gadgets, all the fun in the television, all the best entertainment shows especially footballs, humans can barely have a good night rest. Lacking sleeps brings more cons than the pros, affecting the body and the soul as well. In the era where technology controls humans, humans have a very little belief on how sleep deprivation may even lead to death, in some cases.

Sleep deprivation occurs when you failed to get enough sleep. It is also known as sleep debt. Sleep is very essential to the body because it restores the energy needed for us for the following day. According to Harvard Medical School, studies show that sleeping less than five hours a night increases the risk of death from all causes by about 15 percent. Sleep deprivation is dangerous to our mental and physical health and can dramatically lower our quality of life. Below are the crippling effects of sleep deprivation:

1.) Central Nervous System
 As the body sleeps, the brain is in charge of resting busy neurons and forming new pathways so we will be ready to face the morning. Sleep deprivation leaves the brain exhausted. Hence, it cannot perform its duties well. One of the obvious impact is sleepiness which may gets in the way of our decision-making process and negatively impact the short term memory and our long term memory. We may also have a short temper and become emotionally stable with all the sleep debts . Overall cognitive functions are impaired. We can be affected by a phenomenon called as micro sleep too, which is a condition when we are asleep for a few seconds without us realizing. It can be very harmful especially if we are driving. 


2.) Immune System
When we are sleeping, the body produces protective cytokines and infection-fighting antibodies and cells. They fight off foreign substances and by sleeping, it gives the immune system to gain more energy to defend against illnesses. Losing sleep will surely take us longer to recover from our sicknesses. 

3.) Digestive System
According to Harvard Medical School, a few studies have found a link between lack of sleep and weight gain. Sleep deprivation increases the production of stress hormone, cortisol. Lacking sleep lowers our level of hormones called as leptin which tells the brain when we had enough when we eat. Plus, it increases the level of a biochemical named ghrelin, an appetite stimulant. Sleep deprivation also leads to producing more of insulin which promotes fat storage and may cause diabetes. 

4.) Cardiovascular System
Since we may gain weight without an enough sleep, we are also at high risk of problems to the cardiovascular system. Sleeps are essential for the body to heal and repair the blood vessels and heart. The heart will have a not enough rest and may affect the body at a higher risk of stroke, high blood pressure and heart diseases. 

To conclude, no matter how busy we are, it is very vital for us to have a good night rest for us to live a greater day ahead. We are so aware of all these crippling effects of sleep deprivation yet we did not take any actions to prevent all these from happening. Preventing is better than treating. Don't wait until it is too late!

Kasmina Anak Suloon
45620


Wednesday, April 13, 2016

FOOD THERAPY: Best Food To Fight Stress



      Balanced nutrition is essential to maintaining overall good health, but it also can affect your capacity to cope with stress. When you are going through a period of stress, you need more of all nutrients, particularly the B vitamins, which affect the nervous system, and calcium, which is needed to counteract the lactic acid your tense muscles produce. Likewise if you are lacking nutrients, your body will not be equipped to handle stress effectively.

       So, when I talk about calming foods, I don't mean so-called comfort foods. I mean meals and snacks that will truly soothe and calm you. Whether it's because of the specific nutrients they provide or the steady, reliable source of energy they give you, they'll get you through the day feeling focused, even, and balanced. Therefore, you will have the ability to conquer anything. These 3 foods might surprise you with their stealthy health benefits that you can apply in you daily routine as a student.


1) AVOCADO

HE_avocados-thinkstock_s4x3.jpg.rend.snigalleryslide.jpeg

       It may seem weird for a fruit to contain fat, but avocados are one of the few produce items that do. Their heart-protecting mono-unsaturated fats are actually one of the things that make them so healthy. Eating these green guys can help lower your risk of heart disease and stroke. So, go ahead and have some of the guacamole.

2) SPAGHETTI AND MEATBALLS

FN_Spaghetti-012_s4x3.jpg.rend.snigalleryslide.jpeg

       Thanks to the iron and protein from the beef, lycopene from the tomato sauce and energy-producing carbs from the pasta, this dish is a healthy trifecta. I you stick to modest portions and lean beef, you can enjoy its benefits without overdoing it. Limit yourself to three ounces of meat and a cup of cooked pasta per serving. Pump up the health benefits by using whole-wheat pasta and adding mushrooms to the meatballs to add fiber and cut fat.

3) BANANA

HE_bananas-bowl_s4x3.jpg.rend.snigalleryslide.jpeg

       Often bashed for their high sugar and carb content, banana are a ridiculously healthy fruit that everyone can enjoy. A small banana has the same calories, carbs and fiber as an apple. They also come packed with vitamins C and B6 and good for your heart potassium. Try slicing and baking them for a sweet snack.



JACYNTHA LAURA ANAK BENIT (49721)

Monday, April 11, 2016

Keperluan Membaca Bahan Bacaan Yang Tidak Menjadi Minat Kita


Assalamualaikum dan Salam Sejahtera .
 
Sebagai salah kaunselor pelatih di pusat pengajian tinggi, kebanyakan daripada kami hanya menjadikan buku-buku ilmiah yang mempunyai kaitan dengan bidang kaunseling sebagai bahan bacaan utama kami sehingga mengabaikan bahan bacaan lain . Contohnya , Buku Teori Kaunseling, buku Group Counseling Interventions and Techniques dan lain-lain buku yang berkaitan. Memang tidak dapat dinafikan pentingnya membaca buku-buku tersebut untuk mengukuhkan lagi kredibiliti kita sebagai seorang kaunselor pelatih .
Tetapi, sebagai seorang bakal kaunselor, terdapat pelbagai manfaat yang kita boleh dapat sekiranya kita membaca bahan bacaan yang bukan bidang kita yang utama .

Sumber gambar : Google

Manfaat #1 : Menambah tatabahasa yang sedia ada dan memperbaiki struktur ayat
            Sebagai seorang kaunselor, pentingnya penggunaan ayat yang betul dan penyusunan struktur ayat yang baik untuk kita membuat laporan kajian kes  yang terbaik. Oleh itu, amatlah digalakkan supaya sekali sekala kita membaca bahan-bahan ilmiah yang lain untuk memperbaiki struktur ayat kita agar ianya menjadi lebih teratur dan menarik untuk dibaca . Kita boleh membaca surat khabar Berita Harian misalnya. Penggunaan ayat didalam surat khabar tersebut adalah menggunakan ayat Bahasa Melayu yang baku dan ianya sesuai untuk kita jadikan panduan ketika menulis laporan kajian kes sesi yang kita kendalikan .

Manfaat #2 : Membantu untuk Mendalami Masalah Klien
            Klien-klien untuk sesi yang pernah atau bakal kita kendalikan  kebanyakannya datang dari bidang-bidang yang berlainan. Ada yang berlatarbelakang bidang kejuruteraan, bidang seni lukis, bidang sains sosial, bidang perubatan dan lain-lain. Oleh itu, kita patut luangkan masa kita untuk membaca bahan bacaan lain yang bukan minat kita . Hal ini bertujuan supaya kita boleh memahami jika klien bercerita mengenai isu-isu yang berkaitan dengan bidang klien tersebut . Perkara ini boleh menggelakkan kita terlampau bertanya kepada klien istilah-istilah yang diperkatakan oleh klien yang berkemungkinan ada kaitan dengan bidang yang beliau pelopori . Ini boleh membantu kita untuk lebih empati terhadap masalah klien .


Sumber gambar : Google

Manfaat #3 : Lari daripada minda ‘katak di bawah tempurung’
            Apabila kita membaca bahan bacaan lain yang berlainan daripada bidang utama kita, ini membantu sebenarnya untuk kita menjadi seorang yang lebih open-minded terhadap klien semasa sesi kaunseling dilakukan . Perasaan judgemental juga boleh turut kita elakkan kerana bahan bacaan yang pelbagai akan mengubah penilaian kita ke atas seseorang dengan penilaian yang lebih bersifat positif .


Sumber gambar : Google

 
Link Blog :

Sekian, terima kasih . 
 
HASIL NUKILAN :
LIA ATIKA BINTI ISHAK (47335)

Saturday, April 9, 2016

Selfie that KILL!


Do you take selfie?

If the answer is yes, then your tendency exposing yourself to death is increase significantly.
Why? I will tell you later. Let’s first define what selfie is. 

According to Oxford English Dictionary, selfie is—

“A photograph that one has taken of oneself, typically one taken with a smartphone or webcam and shared via social media.”

I bet everyone have took selfie before, except myself.

……..
(A moment of awkward silent.)

Erm.....
Well joke aside, the real question is—why?

A selfie is the documentation of a passing moment, not a larger expression. By contrast, selfies communicate a transitory message at a single moment in time. We are more concerned with the context, the “what’s going on” than the projection of identity. Selfies are intimate because they represent a personal experience that is also social, taken for the express purpose of sharing. This gives selfies a level of self-conscious authenticity. 

Like most digital self-publishing, selfie-ing is easy.  All you need is a camera phone and a Facebook page or Instagram app.  This makes it ripe for exploration and identity experimentation, particularly among ages where identity formation and emancipation are key developmental tasks as well as for those who are still interested in looking at themselves. Both of these may contribute to why user demographics skew young.

So there is nothing wrong with taking a selfie, right?

But, the thing is……

Selfies frequently trigger perceptions of self-indulgence or attention-seeking social dependence that raises the specter of either narcissism or low self-esteem. 



A teenager became so obsessed with taking the perfect selfie he tried to kill himself when he failed to do it. Danny Bowman, 19, spent 10 HOURS a day taking up to 200 snaps of himself on his iPhone. He dropped out of school, didn’t leave his house in six months, lost two stone trying to make himself look better for the camera and became aggressive with his parents when they tried to stop him. Finally, in a drastic attempt to escape his obsession, Danny took an overdose – but was saved by his mum.

“Danny’s case is particularly extreme,” said Dr David Veal who’s clinic has weaned the teen off his iPhone. “But this is a serious problem. It’s not a vanity issue. It’s a mental health one which has an extremely high suicide rate.”

The selfie craze has swept social media over the past five years, with stars, ­politicians and even Pope Francis posting shots online. Last year, the Oxford English Dictionary named it word of the year after research showed its frequency of use had soared 17,000 per cent in 12 months.

Danny says: “People would comment on them, but children can be cruel. One told me my nose was too big for my face and another picked on my skin. I started taking more and more to try to get the approval of my friends.

Ultimately, online manifestations of narcissism may be little more than a self-presentational strategy to compensate for a very low and fragile self-esteem. Yet when these efforts are reinforced and rewarded by others, they perpetuate the distortion of reality and consolidate narcissistic delusions.

According to psychiatrist Dr David Veal: "Two out of three of all the patients who come to see me with Body Dysmorphic Disorder since the rise of camera phones have a compulsion to repeatedly take selfies.

"Cognitive behavioural therapy is used to help a patient to recognize the reasons for his or her compulsive behaviour and then to learn how to moderate it," he told the Sunday Mirror.

Hence, taking selfie is closely related with self-indulgence, narcissism, and social media addiction.



Finally, a little revelation—more people have died by taking selfies in 2015 than by shark attacks. There have been twelve recorded selfie deaths in 2015 so far, compared to eight people dying because of shark attacks.

Statistically speaking, selfie is scarier than shark.

Take selfie at your own risk!

Reference:
http://www.mirror.co.uk/news/real-life-stories/selfie-addict-took-two-hundred-3273819
https://www.psychologytoday.com/blog/positively-media/201307/making-sense-selfies
http://www.ibtimes.co.uk/selfies-linked-narcissism-addiction-mental-illness-say-scientists-1441480

Best regard from,
Lim Chun Voon
(47362)

Thursday, April 7, 2016

Pilihan Adalah Perubahan " Choice is Change "

Sumber : Google Image


Perubahan bermaksud sesuatu perihal yang berubah(kamus dewan edisi keempat). Perubahan pada diri terbahagi kepada dua iaitu perubahan fizikal dan perubahan mental. Secara amnya, perubahan mental meliputi kognitif dan pemikiran seseorang itu untuk mengubah tingkah lakunya ataupun fahaman pemikirannya.



Mengapa perlunya perubahan?

Sumber : Google Image

Kadang kala, saya pernah terfikir bahawa kenapa perlu saya berubah? Saya mahu menjadi diri saya sendiri. Saya tidak mahu menjadi hipokrit dengan mengubah diri saya. Saya rasa apa yang saya rasakan, selagi ia tidak mendapat 'feedback' negatif dari orang lain selagi itu saya yakin saya tidak salah. Namun, ketika itu saya terlupa sesuatu yang penting dalam hidup ini, iaitu melalui  ayat 11, surah Al-Ra'd yang bermaksud, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib sesuatu kaum itu sehinggalah mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri".
Pada ayat tersebut telah nyata bahawa perubahan itu adalah sesuatu yang baik. Berubah ke arah yang lebih baik untuk kebaikan diri saya dan juga orang di sekitar saya. Kadang-kala mungkin saya terlepas pandang bahawa mungkin ada segelintir yang tidak senang dengan tingkah laku saya. Namun, setelah mula menyedari hakikatnya, saya mula berfikir sejenak sebelum melakukan sesuatu perkara dan tidak salah saya mengubah perbuatan atau sikap saya untuk menjaga hati orang lain serta membuatkan orang lain berasa selesa hingga membawa kepada 'zero conflict'.

Perubahan : Mudah atau Madah ?

Walaubagaimanapun, untuk melakukan sesuatu perubahan memerlukan raancangan yang sistematik dan berhati-hati. Persediaan awal perlu diberi keutamaan. Sesuatu perubahan itu memerlukan satu motivasi diri yang kuat dan tegas supaya ianya dapat kekal dan terus istiqamah dalam diri. Oleh itu, kata-kata yang dikeluarkan untuk melakukan perubahan perlulah diikuti dengan perbuatan itu sendiri supaya keinginan untuk berubah itu bukanlah satu omong kosong.

Sumber : Google Image


Kebebasan Memilih dan Membuat Keputusan

Sumber : Google Image

Saya mempunyai kebebasan untuk memilih           Saya mempunyai pilihan saya tersendiri
           
        Saya mempunyai hak untuk membuat keputusan           Saya bertanggungjawab keatas diri saya


Kebebasan untuk memilih, membuat keputusan dan berubah adalah bergantung pada diri masing-masing. Namun, pada konteks undang-undang, etika dan budaya terdapat limitasi dalam kebebasan setiap individu ataupun masyarakat. Sebelum melakukan sesuatu tindakan itu perlulah dinilai sebaiknya dan diteliti apakah kemungkinan yang bakal terjadi pada masa akan datang tidak kira kesan pada diri sendiri mahupun orang lain. kehidupan dalam sesebuah masyarakat ini perlulah dititik beratkan pandangan dan sensitiviti masing-masing supaya dapat hidup dalam keadaan yang harmoni dan sejahtera.


Sebagai penutup kata, perlulah diingatkan pada diri saya sendiri dan sesiapun bahawa perubahan itu adalah sesuatu yang baik selagi ianya tidak membawa impak yang negatif kepada dari ataupun masyarakat mahupun kepada negara. Setiap pilihan yang dibuat adalah tanggungjawab diri dan perlu dipandang serius kepada impak yang bakal terjadi atas pilihan dan keputusan yang dilakukan.  :)


Sedikit coretan :
" Saya adalah sehelai kain putih pada asalnya. Hari demi hari saya dilakar, dilukis dan ditulis dengan pelbagai bentuk, tulisan mahupun rentetan. Kini saya yang dahulunya bersih sudah dipenuhi dengan isi . Jauh didasar hati saya adalah ingin kembali menjadi kain putih yang bersih itu kerana tampak lebih menyenangkan.
Namun, masa tidak dapat saya undurkan. Sehingga pada suatu hari, saya ditukar dan diubah kepada hitam sehinggakan semua tulisan dan lukisan dibadan saya hilang ditutup dengan warna saya yang baru. Kini saya lebih gembira dan tampak seperti baharu. Perubahan kepada saya membawa sesuatu makna yang baru pada saya. "




Rujukan :

1) http://www.counseling.org/news/blog/aca-blog/2013/05/06/tell-it-like-it-is-choice-is-change
2) http://www.ikim.gov.my/index.php/ms/berita-harian/6699-perubahan-perlukan-strategi-sikap-positif
3) https://www.facebook.com/notes/ikhwan-sopa/inspirasi-perubahan-untuk-diri-sendiri-dan-orang-lain/131214232065/

Ditulis oleh,
Hazman Bin Omar ( 46957 )
~ Counselor To Be ~



Saturday, April 2, 2016

SAYANG DIRI SENDIRI SEBELUM TEKNOLOGI

 
Sayangi diri sendiri atau sayangi teknologi yang terlebih dahulu? Mana satu yang menjadi pilihan kita pada zaman yang serba canggih ini. Memang diakui teknologi yang kita ada sekarang sangat canggih dan kebanyakan golongan usia mengetahui dan mahir menggunakan teknologi. Disebabkan teknologi ini, ramai yang lupa untuk menyayangi diri sendiri dan sanggup melukakan dan mengabaikan diri sendiri.
Menurut penulis blog ACA iaitu Alejandra Delgado, cara teknologi merosakkan hubungan kita dengan diir sendiri adalah melalui media sosial seperti Facebook. Seperti yang semua tahu Facebook menghubungkan diri kita dengan kawan-kawan kita mahupun kawan baru. Namun, tahukah kita melalui Facebook ini, kita didorong untuk membandingkan diri kita sendiri mahupun kehidupan kita dengan kawan-kawan Facebook yang mempunyai kehidupan yang lebih baik dari kita. Hal ini berlaku disebabkan kita yang terlalu asyik dengan Facebook untuk mengikuti dan melihat kehidupan orang lain yang lebih sempurna dari kita. Adakah ini adil bagi kita untuk membandingkan diri kita dengan orang lain? Disebabkan terlalu asyik dan mengambil peduli kehidupan orang lain, banyak gejala sosial berlaku sekarang ini dalam kalangan remaja. Contohnya, apabila seorang remaja mengongsikan gambar dirinya bersama pasangannya sudah tentu terdetik di hati seseorang remaja yang lain yang tidak mempunyai pasangan untuk ada pasangan. Apabila ini berlaku remaja tersebut akan terikut-ikut untuk melakukan perkara yang sama dan terdorong untuk melakukan gejala sosial.

                                                              Sumber : google


Teknologi bukan sahaja memberi impak kepada hubungan kita dengan diri sendiri malah hubungan kita dengan orang sekeliling turut terjejas. Di sini saya kongsikan satu kisah yang telah telah dikongsikan oleh Alejandra Delgado di blog ACA yang bertajuk Love Yourself Before Technology. Kisah yang dikongsikan adalah ketika beliau melawat keluarga sebelah ayahnya di Utara Peru. Pada ketika itu, beliau berasa seronok kerana dapat meluangkan masa selama 3 hari bersama keluarga sebelah ayahnya setelah sekian lama tidak berjumpa. Beliau tidak sabar untuk mendengar dan berkongsi kepada keluarganya tentang kehidupan masing-masing setelah lama tidak berjumpa. Namun, beliau sangat kecewa apabila teknologi telah membataskan segalanya di mana beberapa sepupunya tidak pernah berjauhan dari telefon bimbit mereka. Saya juga bersetuju dengan kisah yang dikongsikan oleh Alejandra Delgado di mana saya pernah mengalami situasi yang sama seperti beliau. Bukan sahaja ketika bersama keluarga malah ketika bersama-sama dengan kawan pun saya merasakan teknologi betul-betul memberikan impak kepada hubungan. 
Ramai klien yang datang ke sesi kaunseling disebabkan mereka tengah berusaha untuk mencapai keyakinan diri mahupun hubungan interpersonal diri klien. Untuk itu, kaunselor perlu meneroka bagaimana teknologi mempengaruhi kehidupan klien dan begitu juga dengan diri kaunselor. Adakah kaunselor mahupun klien banyak menghabiskan masa di hadapan komputer mahupun telefon bimbit? Semasa sesi kaunseling dijalankan adakah hubungan terapeutik antara kaunselor dan klien terganggu apabila menggunakan telefon bimbit? 
    
                                                                  Sumber : google

Menurut Miriam Reelink (2015), terdapat enam cara untuk menyayangi diri sendiri. Antaranya adalah fokus dengan apa yang kita suka terhadap diri sendiri, mempunyai masa untuk melakukan sesuatu yang menyeronokkan diri sendiri, melupakan kesilapan lampau kita, hargai kehidupan kita, keluar daripada zon selesa dan menjaga tubuh badan kita. Antara cara menyayangi diri sendiri yang menarik perhatian saya adalah menghargai kehidupan kita. Setiap manusia mempunyai kehidupan yang tersendiri. Ada yang baik, ada yang tidak begitu baik. Jadi, kita tidak seharusnya membandingkan kehidupan kita atau diri kita dengan orang lain tanpa mengetahui cerita di sebalik kesempurnaan kehidupan orang tersebut. Oleh itu, kita harus berhenti untuk membandingkan kehidupan kita mahupun diri kita supaya kita hidup dalam keadaan yang positif.
                                                                  Sumber : google

Semuanya bermula pada diri sendiri sama ada untuk memilih sayang pada diri sendiri atau teknologi. Tiada siapa yang dapat membantu diri kita mahupun sayang pada diri kita kecuali diri kita sendiri. Jangan pula suatu hari nanti teknologi yang akan mengawal kehidupan kita. Sayangilah diri sendiri!
Rujukan :
Innazillah binti Ingai (47010)